Blog

Capai Rp 18 Triliun, Realisasi Investasi Jatim Triwulan III 2021 Tumbuh 15,6%

  |   Business

dpmptsp.jatimprov.go.id – Meskipun dampak pandemi masih menerpa, sektor investasi di Jawa Timur masih tahan uji. Pada periode triwulan III tahun 2021, Jatim mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp 18 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari PMA sebesar Rp 5,4 triliun dan PMDN sebesar Rp 12,5 triliun. “Capaian ini meningkat 15,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara nasional investasi tumbuh 3,7%,” ungkap Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Rabu (27/10).

Berdasar data yang dirilis BKPM RI di Jakarta pada Rabu (27/10), Jatim menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Barat (Rp 34,8 triliun) dan DKI Jakarta (Rp 23,9 triliun). Di posisi keempat, ada Riau (Rp 16,5 triliun) disusul Banten di peringkat lima (Rp 14,2 triliun). “Kontribusi Jatim terhadap realisasi investasi nasional di triwulan ini sebesar 8,3%,” ulas Gubernur Khofifah.

Gubernur Jatim menambahkan, pada kuartal III ini investasi asing di Jatim mengalami pertumbuhan positif sebesar 41,4% (q-to-q). Menurutnya, capaian ini bisa memberikan angin segar bagi tingkat kepercayaan calon investor asing untuk menanamkan modalnya di Jawa Timur.

Jika dilihat secara akumulatif sejak Januari hingga September, Jatim mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp 52,7 triliun. Capaian tersebut mendudukkan Jatim di posisi ketiga setelah Jawa Barat (Rp 107,2 triliun) dan DKI Jakarta (Rp 72,5 triliun). Kinerja investasi Jatim di periode ini masih didominasi PMDN dengan nilai Rp 36,4 triliun. Sedangkan PMA memberikan kontribusi sebesar Rp 16,3 triliun. Pada periode ini, investasi Jatim didominasi sektor Industri Makanan dengan nilai Rp 10,5 triliun, setara dengan 19,9% dari total investasi Jatim.

Dari sisi spasial, investasi Jatim masih terkonsentrasi di zona Ring I. Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I. Menurut Gubernur Khofifah, pemerintah kabupaten/kota perlu terus berinovasi agar layanan perizinan yang diberikan semakin adaptable. Selain itu, tiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien. Dan yang tak kalah penting adalah tersedianya IPRO (Investment Project Ready to Offer) untuk menarik minat investor.

Menurut Gubernur Khofifah, kinerja investasi Jatim sementara ini masih on the track. Ia menjelaskan, dari parameter ICOR (Incremental Capital-Output Ratio), Jatim selalu lebih rendah dibanding nasional. Hal ini menggambarkan bahwa Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan timbal balik yang lebih menguntungkan. Sementara riset Asia Competitiveness Institute – Lee Kuan Yew menunjukkan hasil Jawa Timur berada pada peringkat pertama dalam hal tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia, dan peringkat kedua setelah DKI Jakarta pada parameter tingkat daya saing provinsi.

“Kita berharap dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang kita miliki, yang juga diseiringi dengan semakin terkendalinya situasi pandemi di Jatim, satu kuartal ke depan kita songsong dengan capaian-capaian yang lebih baik,” pungkas gubernur perempuan pertama di Jatim itu.(aif)

Sumber : pers rilis dpmptsp.jatimprov.go.id